Kontak Mata

Penyebab Permasalahan Kontak Mata pada Autisme

Kontak Mata
Kontak mata sering menjadi permasalahan bagi penyandang ASD

Kontak mata merupakan sebuah bentuk komunikasi nonverbal yang penting. Dengan kontak mata yang baik, lawan bicara akan lebih merasa diperhatikan dan dianggap serius. Tanpa kontak mata—sebaliknya—lawan bicara mungkin akan menganggap kita tidak peduli terhadap dirinya.

Sayangnya, kontak mata merupakan hal yang sulit dilakukan bagi sebagian penyandang autisme/ASD (autism spectrum disorder). Berdasarkan NHS (1), sebagaimana yang umum kita ketahui, menghindari kontak mata merupakan salah satu tanda autisme pada anak-anak. Akan tetapi, perilaku menghindari kontak mata tidak hanya pada anak-anak. Penyandang ASD yang telah dewasa pun dapat memilikinya. Ini tentunya dapat menjadi masalah besar karena individu yang telah dewasa memiliki tuntutan sosial yang lebih besar.

Lantas, timbul pertanyaan, “Apa yang menyebabkan perilaku ini?” Berdasarkan jawaban dari sebuah pertanyaan di Autism Speaks (1), kontak mata sangatlah membuat sebagian penyandang ASD merasa stres. Dijelaskan selanjutnya, ada banyak buku dan artikel yang ditulis oleh para penyandang autisme dewasa yang mendeskripsikan stres yang dirasakan oleh mereka ketika orang tua dan guru mereka memaksa untuk melakukan kontak mata dalam percakapan (2). Akan tetapi, terdapat sebuah pendapat bahwa stres yang dirasakan ini mungkin diakibatkan oleh kebiasaan yang terbentuk dari kecil, yaitu tidak tertarik terhadap hubungan sosial sehingga ketika sudah dewasa merasa tidak nyaman dalam melakukannya (3). Akan tetapi, juga dijelaskan bahwa pendapat ini masih harus didukung dengan riset lebih lanjut.

Selain terkait stres, ada juga pandangan yang lain. Berdasarkan pengamatan, mungkin saja perilaku menghindari kontak mata ini dapat juga disebabkan oleh ketidakmampuan penyandang dalam mengkoordinasikan fungsi-fungsi sensorinya. Sebagai contoh, guru-guru yang mengamati menemukan bahwa seorang anak dengan autisme sering melihat ke luar jendela (terlihat seperti tidak memerhatikan), tetapi dapat menceritakan kembali apa yang disampaikan (4).

Ternyata, untuk permasalahan kontak mata ini saja sudah cukup kompleks. Maka dari itu, kita perlu mengingat kembali bahwa setiap individu dengan autisme adalah unik dengan kebutuhannya yang juga unik. Termasuk terkait permasalahan kontak mata ini sehingga intervensi yang diterapkan pun harus disesuaikan dengan karakteristik anak.

Referensi

  1. NHS. Signs of autism in children [daring]. 2019 [dilihat 15 Juli 2020]. Tersedia dari: https://www.nhs.uk/conditions/autism/signs/children/
  2. BENNETT, Amanda et al. Why is it hard for people with autism to make eye contact? [daring]. 2015 [dilihat 15 Juli 2020]. Tersedia dari: https://www.autismspeaks.org/expert-opinion/why-it-so-hard-someone-autism-make-eye-contact
  3. ERICKSON, Craig et al. Eye contact is aversive for some adults with autism [daring]. 2017 [dilihat 15 Juli 2020]. Tersedia dari: https://www.spectrumnews.org/opinion/viewpoint/eye-contact-aversive-adults-autism/
  4. STEWART, Rozella. Should We Insist on Eye Contact with People who have Autism Spectrum Disorders. Tidak tersedia [dilihat 15 Juli 2020]. Tersedia dari: https://www.iidc.indiana.edu/irca/articles/should-we-insist-on-eye-contact-with-people-who-have-autism-spectrum-disorders.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ShipShape

    X
    CONTACT US